blog teman
Followers
baca juga
Sunday, 29 January 2012
tentang Tragedi Tugu Tani
20:26 |
Posted by
kim dump |
Edit Post
Jadi tontonan warga
Jakarta - Sepekan berlalu pascakecelakaan maut Daihatsu Xenia B 2479 XI yang menewaskan 9 orang pejalan kaki dan 3 lainnya luka-luka di kawasan Tugu Tani, Jl MI Ridwan Rais, Jakarta Pusat. Namun, lokasi tersebut masih ramai ditonton warga yang masih penasaran.
Pantauan detikcom, Minggu (29/1/2012) pukul 12.30 WIB di lokasi, warga yang umumnya menggunakan motor menyemuti halte Tugu Tani yang dijadikan 'monumen' kecelakaan maut itu. Yang datang tidak hanya warga setempat, melainkan berasal dari berbagai lokasi.
Seperti Dewi (23), warga Depok, Jawa Barat. Dia datang bersama suaminya, Supri (26) ke lokasi kejadian, hanya untuk melihat-lihat.
"Saya penasaran saja ingin melihat. Tadi kita habis dari Monas terus mampir ke sini sebelum pulang," ujar Dewi.
Di lokasi, ada puluhan warga yang menyemuti lokasi. Garis polisi yang telah dicabut semakin membuat warga leluasa untuk melihat-lihat lokasi.
Puluhan motor juga berjejer memenuhi trotoar mulai dari depan kantor Kementerian Perdagangan hingga Kantor Pelayanan Pajak Gambir sepanjang sekitar 20 meter.
Tepat di depan Halte Tugu Tani yang berada tepat di depan KPP Gambir, polisi memasang traffic cone untuk membatasi para warga agar tidak tumpah ruah ke tengah jalan. Meski demikian, hal itu tidak menyurutkan warga. Ada beberapa pengendara motor yang sempat melambatkan laju motornya untuk melihat lokasi, lalu memarkirkannya di dekat lokasi.
Beberapa warga tampak duduk-duduk di tempat parkir KPP Gambir yang letaknya bersinggungan dengan Halte Tugu Tani. Tampak sejumlah warga menaburkan bungan sambil memanjatkan doa di lokasi.
Sebagian pengunjung memperbincangkan kembali peristiwa kecelakaan maut itu. Sambil menunjuk-nunjukkan tangannya, warga yang berbincang 'merekonstruksi' kejadian tersebut.
Sementara warga juga masih banyak yang mengucapkan belasungkawa dengan berbagai macam cara. Dari Forum Pemuda Betawi (FPB) misalnya, memasang spanduk ukuran 1,5x2 meter di halte tersebut.
"Peringatan Tragedi Maut Tugu Tani. Doa bersama untuk kecelakaan, mengutuk keras penggunaan narkoba," tulis FPB dalam spanduk berwarna biru.
Halte Tugu Tani juga dipenuhi rangaian bunga. Pada atap Halte Tugu Tani digantungi untaiam bunga berwarna kuning.
Banyaknya warga yang melihat lokasi kejadian cukup memacetkan arus lalu lintas. Beberapa pengendara mobil yang kesal dengan kemacetan membunyikan klakson yang panjang untuk 'membubarkan' warga. Sejumlah polisi yang bersiaga di lokasi juga tidak mampu mengusir warga yang penasaran itu.
Pelaku, selain doyan mabuk, ternyata doi juga rasis
Emang kelewatan ni cewek si Afriani. abis nabrak 9 orang ampe mokat, di twiitter doi malah melontarkan kalimat yang berbau rasis.
Jadikan tragedi ini momentum memerangi MIras dan Narkoba
MINGGU, 22 Januari, sebuah kejadian membuat kita bersedih dan prihatin. Tabrakan maut di Jalan MI Ridwan Rais, Tugu Tani, Gambir, Jakarta Pusat menewaskan sembilan orang dan melukai empat lainnya. Tragedi ini disebabkan oleh Afriani Susanti, si pengemudi.
Di sisi lain, kejadian tersebut telah mengingatkan para pengendara lainnya untuk selalu berhati-hati. Peristiwa tersebut juga sekaligus menegaskan kembali pentingnya taat lalu lintas ketika mengemudikan kendaraan.
Tragisnya, kecelakaan tersbut disebabkan oleh human error. Si pengemudi sedang tidak sadarkan diri akibat pengaruh narkotik dan obat terlarang (narkoba). Dia pun tidak dapat menguasai kemudi ketika mobil melaju dalam kecepatan tinggi. Akibatnya, publik pun mengecam tindakan Afriani yang mengemudi setelah mengonsumsi narkoba dan minuman keras (miras).
Namun, nasi sudah menjadi bubur, kejadian ini tidak bisa lagi dikembalikan pada asalnya.
Jika kita berkaca, musibah itu dapat memberikan gambaran tentang apa yang menjadi penyebab di balik semua itu. Ya, narkoba dan miras. Keduanya haruslah menjadi prioritas perhatian agar tidak ada lagi musibah serupa di masa depan. Sehingga, tidak ada lagi orang yang tidak bersalah menjadi korban barang-barang haram semacam itu.
Afriani Susanti hanyalah satu contoh pengendara mobil dalam keadaan mabuk. Namun, di luar sana masih banyak Afriani lainnya, seandainya saja polisi mau mengecek dan mengetes para pengemudi yang memakai alkohol di tempat kejadian.
Di sisi lain, Afriani juga mengalami kerugian. Ketika dia sudah tahu bahaya sesuatu, dia terus melakukannya. Mereka sangat rugi karena sudah terperangkap oleh pusaran kebodohan dan kelalain yang bisa mengancam nyawanya sendiri dan nyawa orang lain.
Perangi Narkoba dan Miras
Sebetulnya tragedi maut di tugu Tani juga memberikan sentilan dan peringatan bagi pemerintah agar kembali memerangi miras dan narkoba. Hingga hari ini, pemerintah masih lembek dan tidak peka dalam memberantas sindikat narkoba dan miras sampai ke akar-akarnya.
Pemerintah menunjuk Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Badan Narkotika (BNN) untuk memberantas narkoba dan miras. Lembaga-lembaga ini pun harus kembali kembali berani membasmi kedua hal itu. Sebab, yang dipertaruhkan adalah nasib generasi anak bangsa ke depan.
Pemerintah harus berperan aktif menghukum distributor miras yang ilegal. Karena merekalah sumber munculnya penyakit yang berpotensi mengganggu produktivitas manusia, khususnya kaum remaja dan pemuda di Indonesia. Jangan hanya menindak para pemakai narkoba, yang pada hakikatnya adalah korban.
Polri begitu hebat mengatasi pelanggar hukum kecil seperti pencuri sandal jepit dan jemuran pakaian. Namun, mengapa Polri terkesan tidak berdaya ketika menghadapi sindikat narkoba di negeri ini?
Dampak peredaran miras sedemikian nyata. Salah satunya menyebabkan ketidaktertiban sosial, korban sosial, dan korban jiwa yang juga anak-anak, seperti dalam tragedi di Tugu Tani, Jakarta Pusat.
Kecelakaan yang merenggut nyawa sembilan orang ini harus menjadi momentum untuk kembali menggelorakan semangat membasmi, berperang menghadapi peredaran narkoba dan miras. Negara jangan kalah dengan cukong, bandar dan mafia narkoba yang berkeliaran di mana-mana.
Oleh karena itu, upaya penanggulangan bahaya miras dan narkoba pun tidak semata-mata menjadi tugas pemerintah, tetapi menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama. Meski Polri dan BNN menjadi garda terdepan dalam perang melawan miras dan narkoba, harus ada upaya terpadu (integrated) dari semua elemen guna mencegah dan memberantas bahaya narkoba dan miras ini.
Kedua lembaga pemerintah ini pun, harus berani menunjukkan eksistensinya dalam memberantas sindikat mafia narkoba dan miras di negeri ini.
Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Artikel ini saya kutip dari beberapa situs. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi anda.
Jakarta - Sepekan berlalu pascakecelakaan maut Daihatsu Xenia B 2479 XI yang menewaskan 9 orang pejalan kaki dan 3 lainnya luka-luka di kawasan Tugu Tani, Jl MI Ridwan Rais, Jakarta Pusat. Namun, lokasi tersebut masih ramai ditonton warga yang masih penasaran.
Pantauan detikcom, Minggu (29/1/2012) pukul 12.30 WIB di lokasi, warga yang umumnya menggunakan motor menyemuti halte Tugu Tani yang dijadikan 'monumen' kecelakaan maut itu. Yang datang tidak hanya warga setempat, melainkan berasal dari berbagai lokasi.
Seperti Dewi (23), warga Depok, Jawa Barat. Dia datang bersama suaminya, Supri (26) ke lokasi kejadian, hanya untuk melihat-lihat.
"Saya penasaran saja ingin melihat. Tadi kita habis dari Monas terus mampir ke sini sebelum pulang," ujar Dewi.
Di lokasi, ada puluhan warga yang menyemuti lokasi. Garis polisi yang telah dicabut semakin membuat warga leluasa untuk melihat-lihat lokasi.
Puluhan motor juga berjejer memenuhi trotoar mulai dari depan kantor Kementerian Perdagangan hingga Kantor Pelayanan Pajak Gambir sepanjang sekitar 20 meter.
Tepat di depan Halte Tugu Tani yang berada tepat di depan KPP Gambir, polisi memasang traffic cone untuk membatasi para warga agar tidak tumpah ruah ke tengah jalan. Meski demikian, hal itu tidak menyurutkan warga. Ada beberapa pengendara motor yang sempat melambatkan laju motornya untuk melihat lokasi, lalu memarkirkannya di dekat lokasi.
Beberapa warga tampak duduk-duduk di tempat parkir KPP Gambir yang letaknya bersinggungan dengan Halte Tugu Tani. Tampak sejumlah warga menaburkan bungan sambil memanjatkan doa di lokasi.
Sebagian pengunjung memperbincangkan kembali peristiwa kecelakaan maut itu. Sambil menunjuk-nunjukkan tangannya, warga yang berbincang 'merekonstruksi' kejadian tersebut.
Sementara warga juga masih banyak yang mengucapkan belasungkawa dengan berbagai macam cara. Dari Forum Pemuda Betawi (FPB) misalnya, memasang spanduk ukuran 1,5x2 meter di halte tersebut.
"Peringatan Tragedi Maut Tugu Tani. Doa bersama untuk kecelakaan, mengutuk keras penggunaan narkoba," tulis FPB dalam spanduk berwarna biru.
Halte Tugu Tani juga dipenuhi rangaian bunga. Pada atap Halte Tugu Tani digantungi untaiam bunga berwarna kuning.
Banyaknya warga yang melihat lokasi kejadian cukup memacetkan arus lalu lintas. Beberapa pengendara mobil yang kesal dengan kemacetan membunyikan klakson yang panjang untuk 'membubarkan' warga. Sejumlah polisi yang bersiaga di lokasi juga tidak mampu mengusir warga yang penasaran itu.
Pelaku, selain doyan mabuk, ternyata doi juga rasis
Emang kelewatan ni cewek si Afriani. abis nabrak 9 orang ampe mokat, di twiitter doi malah melontarkan kalimat yang berbau rasis.
Jadikan tragedi ini momentum memerangi MIras dan Narkoba
MINGGU, 22 Januari, sebuah kejadian membuat kita bersedih dan prihatin. Tabrakan maut di Jalan MI Ridwan Rais, Tugu Tani, Gambir, Jakarta Pusat menewaskan sembilan orang dan melukai empat lainnya. Tragedi ini disebabkan oleh Afriani Susanti, si pengemudi.
Di sisi lain, kejadian tersebut telah mengingatkan para pengendara lainnya untuk selalu berhati-hati. Peristiwa tersebut juga sekaligus menegaskan kembali pentingnya taat lalu lintas ketika mengemudikan kendaraan.
Tragisnya, kecelakaan tersbut disebabkan oleh human error. Si pengemudi sedang tidak sadarkan diri akibat pengaruh narkotik dan obat terlarang (narkoba). Dia pun tidak dapat menguasai kemudi ketika mobil melaju dalam kecepatan tinggi. Akibatnya, publik pun mengecam tindakan Afriani yang mengemudi setelah mengonsumsi narkoba dan minuman keras (miras).
Namun, nasi sudah menjadi bubur, kejadian ini tidak bisa lagi dikembalikan pada asalnya.
Jika kita berkaca, musibah itu dapat memberikan gambaran tentang apa yang menjadi penyebab di balik semua itu. Ya, narkoba dan miras. Keduanya haruslah menjadi prioritas perhatian agar tidak ada lagi musibah serupa di masa depan. Sehingga, tidak ada lagi orang yang tidak bersalah menjadi korban barang-barang haram semacam itu.
Afriani Susanti hanyalah satu contoh pengendara mobil dalam keadaan mabuk. Namun, di luar sana masih banyak Afriani lainnya, seandainya saja polisi mau mengecek dan mengetes para pengemudi yang memakai alkohol di tempat kejadian.
Di sisi lain, Afriani juga mengalami kerugian. Ketika dia sudah tahu bahaya sesuatu, dia terus melakukannya. Mereka sangat rugi karena sudah terperangkap oleh pusaran kebodohan dan kelalain yang bisa mengancam nyawanya sendiri dan nyawa orang lain.
Perangi Narkoba dan Miras
Sebetulnya tragedi maut di tugu Tani juga memberikan sentilan dan peringatan bagi pemerintah agar kembali memerangi miras dan narkoba. Hingga hari ini, pemerintah masih lembek dan tidak peka dalam memberantas sindikat narkoba dan miras sampai ke akar-akarnya.
Pemerintah menunjuk Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Badan Narkotika (BNN) untuk memberantas narkoba dan miras. Lembaga-lembaga ini pun harus kembali kembali berani membasmi kedua hal itu. Sebab, yang dipertaruhkan adalah nasib generasi anak bangsa ke depan.
Pemerintah harus berperan aktif menghukum distributor miras yang ilegal. Karena merekalah sumber munculnya penyakit yang berpotensi mengganggu produktivitas manusia, khususnya kaum remaja dan pemuda di Indonesia. Jangan hanya menindak para pemakai narkoba, yang pada hakikatnya adalah korban.
Polri begitu hebat mengatasi pelanggar hukum kecil seperti pencuri sandal jepit dan jemuran pakaian. Namun, mengapa Polri terkesan tidak berdaya ketika menghadapi sindikat narkoba di negeri ini?
Dampak peredaran miras sedemikian nyata. Salah satunya menyebabkan ketidaktertiban sosial, korban sosial, dan korban jiwa yang juga anak-anak, seperti dalam tragedi di Tugu Tani, Jakarta Pusat.
Kecelakaan yang merenggut nyawa sembilan orang ini harus menjadi momentum untuk kembali menggelorakan semangat membasmi, berperang menghadapi peredaran narkoba dan miras. Negara jangan kalah dengan cukong, bandar dan mafia narkoba yang berkeliaran di mana-mana.
Oleh karena itu, upaya penanggulangan bahaya miras dan narkoba pun tidak semata-mata menjadi tugas pemerintah, tetapi menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama. Meski Polri dan BNN menjadi garda terdepan dalam perang melawan miras dan narkoba, harus ada upaya terpadu (integrated) dari semua elemen guna mencegah dan memberantas bahaya narkoba dan miras ini.
Kedua lembaga pemerintah ini pun, harus berani menunjukkan eksistensinya dalam memberantas sindikat mafia narkoba dan miras di negeri ini.
Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini. Artikel ini saya kutip dari beberapa situs. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi anda.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar